Terkadang kita lupa bersyukur. Sekalipun untuk hal sesederhana bernapas, misalnya. Banyak dari kita berpikir hal-hal rumit dan terlampau hebat. Sehingga sering lupa tentang sesuatu yang penting seperti bersyukur.
Menjelang malam ini, sebenarnya aku lagi gelisah tentang sesuatu, yang kemudian membawaku untuk ingat bahwa aku harus tetap bersyukur.
Begini, ada sebuah pertanyaan yang meresahkan.
Pernah nggak berniat baik tapi disalah artikan?
Pasti di antaranya ada yang jawab pernah. Terus, gimana rasanya? Mungkin jawabannya akan lebih beragam. Well, berniat baik itu akan selalu baik, hanya saja masih memiliki kemungkinan untuk diterima tidak baik.
Salah satu kasusnya adalah kita dalam keadaan sulit (entah lagi mendapat bencana, masalah, atau sejenisnya) tapi ternyata ada oranglain yang sedang mengalami keadaan yang jauh lebih sulit dari kita. Lalu apa yang harus dilakukan?
Aku sendiri memilih untuk membantu orang tersebut. Karena bagaimanapun, aku tidak pernah takut Allah akan semakin mempersulit hidupku, sekalipun aku dalam keadaan sulit. Terlebih jika orang yang kubantu ini berurusan dengan nyawa. Siapa yang tega? Aku yakin teman-teman pun akan melakukan hal yang sama.
Kemudian permasalahannya adalah, pada saat kita membantu orang tersebut, di waktu yang sama ternyata kita memiliki janji yang sepertinya harus dibatalkan. Mungkin pihak yang memiliki akan kecewa berat atau bahkan marah. Lalu apa?
Cara yang paling logis adalah menjelaskan dan minta maaf.
Terus ditolak? Itu nggak masalah. Karena lebih masalah kalau tadi kita batal membantu orang lain yang dalam kesulitan. Pasti batin yang nggak akan lega.
Kembali aku bersyukur, karena Allah masih berikan aku nyawa dan bisa membantu orang lain. Semoga petikan cerita malam ini mampu memberikan ‘nyawa’ baru untuk hati kita semua ya.
(。◕‿◕。) iftaaa